Islam adalah agama yang sempurna, rahmat semesta alam, karena kesempurnaan ini lah Islam tidak boleh ditambah atau dikurangi nilai-nilai serta hukum-hukum yang ada di dalamnya. Islam sudah mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia, sosial, politik, dan ekonomi, jadi Islam bukan hanya mengatur cara-cara beribadah saja (ritual). Allah SWT mengabarkan dalam Surat Al-Maidah ayat 3 : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. Jadi sangat wajar jikalau agama baru yang bernama Islam ini pada saat diturunkannya membuat terperangah banyak orang kafir, dikarenakan nilai-nilai Islam yang indah itu tervisualisasi lewat tingkah laku keseharian Nabi Muhammad SAW. Banyak mereka yang tergugah dan berbondong-bondong masuk Islam. Islam berkembang secara mengejutkan, banyak penaklukan-penaklukan yang dilakukan dalam rangka memperluas ajaran Islam, namun satu yang menjadi catatan, penaklukan itu bukanlah berbentuk imperialisme ataupun kolonialisme ala barat. Islam berkembang dengan cara damai bukan perang dan pembantaian massal.
Subhanallah, begitu luasnya wilayah penaklukan Islam, hal itu dapat kita ketahui dari banyak literatur-litaratur sejarah yang mengungkapkannya, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa sebuah agama baru begitu mudah diterima oleh masyarakat jajahannya tanpa adanya perlawanan, sebagai contoh; Madinah, Mekkah, Damaskus, Seluruh Jazirah Arab, bahkan sampai ke Spanyol, yang paling dekat dan hebat lagi Indonesia, Islam menjadi faktor pemersatu bangsa dan mampu meraih kemerdekaan dari jajahan kolonial.
Jawabannya terletak pada nilai-nilai Islam yang luhur dan tulus untuk persebaran kalimah tauhid bukan untuk mengeruk dan mengeksploitasi sumber daya bangsa jajahan seperti yang dilakukan bangsa-bangsa barat. Satu lagi yang menjadi rahasia hebat persebaran Islam, yaitu berdakwah sambil berniaga, didukung kultur arab sebagai pedagang nomor 1 di dunia pada saat itu, ditambah lagi dengan nilai-nilai Islam yang tertanam yang mengutamakan kejujuran dan keadilan dalam berniaga, Islam menjadi sangat begitu mudah diterima oleh masyarakat pada saat itu. Sehingga orang Islam kala itu menjadi pedagang yang paling dinanti kedatangannya. Catatan penting bagi kita bahwasanya skema penaklukan yang paling banyak memberi pengaruh dalam persebaran agama Islam adalah lewat perniagaan. Masyarakat yang dimana negaranya disinggahi pedagang Islam yang terkenal dengan kejujurannya itu sangat welcome ketika yang wanita dinikahi oleh pedagang Islam tersebut, sehingga banyak pedagang Islam yang menetap di daerah perantauan, mereka berdakwah sambil berdagang. Dengan kondisi yang demikian, daerah yang tadinya sebelum didatangi pedagang Islam hanya daerah singgahan biasa saja menjadi kantung-kantung perekonomian antar bangsa. Madinah, Damaskus, Konstantinopel, dan lain sebagainya merupakan contoh klasik kantung-kantung perekonomian dunia kala itu.
Memang kala itu nilai-nilai Islam begitu mendarah daging bagi pemeluknya, tidak heran daerah-daerah berdomisilinya orang Islam begitu makmur dari segi ekonomi. Mulai dari awal masa perluasan Islam hingga masa stagnasi dunia Islam (abad VII hingga abad XVIII Masehi). Pada masa itu merupakan masa kegelapan di Eropa, Eropa mengalami kelumpuhan dan keterbelakang peradaban sebagai akibat dari dogma-dogma gereja yang aneh dan irasional yang menolak fakta ilmu pengetahuan. Kehebatan dunia Islam dari segi ekonomi diakui sendiri oleh revolusioner ekonomi barat Adam Smith (1776 M). Adam Smith membandingkan masyarakat dengan tingkat perekonomian yang berbeda, yakni bangsa dengan ekonomi terbelakang dan bangsa ekonomi maju. Masyarakat dengan ekonomi terbelakang ditandai dengan mata pencahariannya sebagai pemburu, sedang masyarakat ekonomi maju ditandai dengan mata pencahariannya sebagai penggembala dan pedagang. Contoh masyarakat ekonomi terbelakang adalah masyarakat Indian di Amerika Utara, sedangkan contoh masyarakat ekonomi maju adalah bangsa Arab dan Tartar. Arab manakah yang dirujuk Adam Smith? Adam Smith menjelaskan, bangsa Arab yang dimaksud adalah yang dipimpin oleh “Mohammet and his immediate successors” atau lebih tepatnya Rasulullah Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin. Jelaslah, yang dijadikan contoh perekonomian maju oleh Adam Smith adalah perekonomian umat Islam, bahkan jauh sebelum ia lahir. Tepatnya pada 774 M, Raja Offa yang berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin emas yang merupakan direct cop dari dinar Islam berikut tulisan Arabnya. Semua tulisan di koin itu adalah tulisan Arab, kecuali pada satu sisinya tertulis OFFA REX. Uniknya, koin emas Raja Offa itu juga mencantumkan kalimat laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah dan juga dua buah salib kecil di bagian bawah karena Raja Offa memang beragama Nasrani. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa dinar Islam saat itu merupakan mata uang terkuat di dunia. Selain itu, perekonomian umat Islam jauh lebih maju dibandingkan dengan perekonomian Eropa ketika itu, juga menunjukkan bahwa perdagangan internasional yang dilakukan para pedagang Islam menjangkau sampai jauh ke Eropa Utara. (Adiwarman Karim)
Dunia Islam juga banyak melahirkan pemikir-pemikir di bidang ekonomi yang bahkan hingga sekarang diakui kualitas pemikirannya oleh dunia, seperti Al-Ghazali, Ibn Taimiyah, Ibn Khaldun, Al-Maqrizi dan lain sebagainya. Bahkan keberadaan merekapun mendahului pemikir-pemikir ekonomi konvensional yang dibanggakan orang barat.
Tahun 1776, ditemukannya mesin uap, awal revolusi industri, awal bersinarnya kembali Eropa, runtuhnya dogma-dogma gereja, Ilmu pengetahuan mulai dijunjung tinggi di Eropa, Kemerdekaan Amerika, kemunculan paham imperialisme dan kolonialisme, terbitnya buku The Wealth of Nation karya Adam Smith, titik tolak lahirnya ekonomi kapital. Wow…satu tahun yang sangat bersejarah. Satu lagi yang tertinggal yaitu awal stagnasi dunia Islam, yang hingga sampai saat ini Islam belum bangkit??
Pusat-pusat perekonomian Islam yang telah terbangun pada masa keemasan Islam menjadi sasaran empuk kaum imperialis untuk mengeruk sebanyak-banyaknya kekayaan negara jajahannya. Konstantinopel, Damaskus hingga di Indonesia, yang semula merupakan negara makmur sebagai kantung / pusat perekonomian Islam dirubah seketika menjadi negara budak, pedagang menjadi budak, kemakmuran yang diperoleh berubah menjadi lumpur kemiskinan, nilai-nilai kehidupan yang semula kokoh karena ajaran Islam terdistorsi menjadi perilaku binatang, sebagai akibat pribumi yang diperlakukan seperti binatang.
Meskipun pada saat sekarang ini sudah merdeka secara fisik, belenggu penjajahan masih melekat lewat paham-paham ataupun doktrin-doktrin halus yang terus dilancarkan. Pendistorsian nilai-nilai luhur itu masih terus berlanjut, kapitalisme sebagai paham pemenang masih terus disuntikkan oleh negara adidaya kepada negara dunia ketiga. Negara dunia ketiga kebanyakan adalah negara-negara Islam. Tidak heran jika sekarang tidak muncul lagi Pusat perekonomian Islam yang kokoh dan kuat serta berlandaskan keadilan menuju kemakmuran. Karena untuk cita-cita yang seperti itu pikiran kita selalu didongkolkan, mata kita selalu dialihkan melihat kemegahan-kemegahan karya cipta barat, yang pada dasarnya itu semua jebakan. Benar sekali jika dikatakan sistem perekonomian sekarang ini hebat, yang menggunakannya menjadi negara makmur, yang mengikuti gayanya akan menjadi kaya raya, memang seperti itulah tujuan awalnya, menguntungkan individu dengan mengorbankan hak-hak individu lainnya, meraup kekayaan diatas penderitaan orang lain, individualisme itu lah yang coba dikembangkan oleh paham kapitalis, sehingga kita tidak lagi mengenal saudara, yang terjadi bukan kemakmuran bangsa melainkan ketidakmerataan kekayaan, karena hukum rimba berlaku disana, yang terkuat adalah yang bertahan, yang lemah hanya menunggu waktu untuk mati.
Membangun kembali mentalitas keislaman umat? Ini merupakan tugas yang sustain, dan mesti terstruktur karena ini seperti memberikan pemahaman baru tentang Islam dan kesyari’atannya sebagai akibat begitu kentalnya pendistorsian nilai tadi. Maka diperlukannlah sebuah media dakwah untuk mewujudkan kembalinya Pusat Perekonomian Islam yang kokoh. Dalam rangka itu menanamkan mentalitas Syari’at terlebih dahulu sangat penting, barulah strategi perwujudan Pusat Perekonomian Islam dapat dilaksanakan.
tags:
sejarah islam dan nabi
0 komentar:
Posting Komentar