Seratus tahun sudah bangsa ini merayakan hari kebangkitan nasional tahun 1908 merupakan tonggak dasar bangsa ini untuk bangkit dari kebodohan penjajahan dan penindasan dari bangsa lain.Ini merupakan cita-cita luhur kebangkitan nasional saat itu.Namun sekarang yang kita perjuangan bukan itu saja tapi hakikat harapan dari kebangkitan nasional adalah kebangkitan bangsa di segala aspek kehihupan baik itu aspek Ekonomi, Politik, Social dan Budaya. Dari segala aspek ini yang perlu digaris bawahi ialah aspek ekonomi.
Jika berbicara ekonomi maka permasalahannya tidak akan pernah ada habisnya, karena manusia hidup tidak akan pernah terlepas dari masalah ekonomi.Seperti halnya bangsa ini yang sedang dihadapkan oleh berbagai masalah perekonomian.kalau kita melihat moment seratus tahun kebangkitan nasional umur seratus tahun merupakan usia yang seharusnya cukup bagi bansa Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan dari segala aspek kehidupan kushusnya lagi di bidang ekonomi.pada kenyataannya Indonesia kini belum manpu menujukan perekonomian bangsa yang mapan,Indonesia baru berada pada tahap penataan ekonomi dan masih jauh dari yang diharapkan oleh seluruh rakyat ini.kenyataan ini tidaklah boleh diratapi begitu saja,karena yang menjadi masalahnya dampak dari permasalahan ekonomi yang tidak terselesaikan dengan baik yang menjadi korbannya adalah rakyat.Dalam hal ini selayaknya pemerintah melakukan tindakan kongkrit untuk memperbaiki perekonomian bangsa ini.
Tidak bisa kita pungkiri perekonomian didalam negri kini telah dipengaruhi oleh perekonomian global dan mau tidak mau Indonesia harus mengikuti dan mensinergikan antara perekonomian dalam negri dengan perekonomian global itu sendiri.inilah yang sekarang sedang dihadapi bangsa Indonesia yakni pengaruh kenaikan harga minyak dunia yang telah mengguncang perekonomian Dunia termasuk Indonesia.
Harga minyak Dunia yang telah menembus level diatas $100 per barel membuat gejolak yang luar biasa bagi Ekonomi Indonesia.Ditengah permasalahan ini ternyata pemerintah membuat keputusan yang sangat kontroversial,dengan alasan ingin menyelamatkan APBN yang tidak sanggup lagi menanggung beban subsidi yang terlalu besar akhirnya pemerintah pun mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) yakni dengan menaikan harga BBM sebesar 28,7 %.Tentunya sebuah alasan yang tidak bisa diterima begitu saja oleh masyarakat Indonesia.Seharus nya pemerintah lebih arif lagi dalam mengambil keputusan bukan mengambil keputusan yang hanya menambah beban rakyat, karena kenaikan harga BBM berimbas pada kenaikan harga barang-barang.kushusnya barang kebutuhan pokok yang membuat rakyat semangkin menjerit, rakyat mkiskin kini harus pandai memutar otak agar dapur mereka tetap mengepul, sunguh kenyataan yang sangat ironis ditengah peringatan seabad kebangkitan bangsa ini.
Meski pemerintah menganti subsidi BBM dengan berbagai program untuk rakyat miskin naum kelihatannya program ini kurang efektif.Kita lihat saja program BLT (bantuan langsung tunai) yang kini sedang digencarkan pemerintah.Program ini malah menuai masalah karena bantuan yang hanya sebesar 100 ribu per bulan ini tidalah setimpal dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.Para pengamat ekonomi melihat BLT yang diberiakn pemerintah tidak akan mampu mengangkat ekonomi rakyat.belum lagi masalah dilapangan,ternyata belum semua masyarakat miskin terdata untuk mendapatkan jata BLT,yang tentunya ini bisa menimbulkan komnflik diantar warga masyarakat,yang semuanya menambah kesengsaraan rakyat.
Semua masalah-masalah ekonomi yang sedang dihadapi bangsa ini tampaknya dikarenakan pemerintan masih trepengaruh oleh sitem ekonomi liberalise dan kapitalisme yang hanya menguntungkan orang-orang tertentu yaitu orang-orang kaya dan para pemilik modal.sedangkan rakyat miskin hanya menjadi korban permasalahan ekonomi ini.dengan kata lain disini tampak Ketidakadilan Pemerintan dalam mengatur perekonomian bangsa ini.sudah saatnya pemerintan mengganti system ekonomi yang berbasis syariah yakni System Ekonomi Islam.karena system ini mengutamakan keadilan bagi para Pelaku Ekonominya termasuk rakyat miskin.Meski pemerintah sudah mulai menerapkan Sisitem Ekonomi Islam diindonesia dengan berdirinya bank-bank syariah dan juga rencana pemerintah menerbitkan obligasi syariah atau yang dikenal dengan sukuk.
Namun kelihatanya pemerintah masih setengah-setengah dalam menerapkan system ekonomi islam di negri kita ini.penerapan sistem ekonomi syariah yang sepotong-sepotong di tengah dominasi sistem ekonomi global saat ini, tidak akan menghasilkan keadilan dan manfaat yang menyeluruh pada para pihak yang melaksanakannya, termasuk untuk kemajuan ekonomi Indonesia. Mudah-mudahan diseratus tahun kebangkitan nasional ini pemerintah bisa lebih bijak dalam menetukan arah perekonomian bangsa kita ini.
Tulisan : hendrianto (5-25-2008)
0 komentar:
Posting Komentar