SISWI SMP DITEMUKAN TEWAS TERBAKAR

Muzir (42) ayah kandung Annisa Pitri (14) tampak begitu panik. Menjelang sampai di lokasi anaknya dibakar, dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca, pria yang sudah mulai dimakan usia ini berlari kencang. Saat itu dia tidak menghiraukan kondisi jalan yang licin.

Berkali-kali dia hampir terjatuh, karena tergelincir. Sampai di lokasi, Muzir tidak lagi mempedulikan garis larang masuk yang dipasang oleh polisi itu. Sambil menjerit histeris, Muzir berusaha mengumpulkan semua tulang belulang dan daging anaknya yang sudah habis hangus terbakar itu.

Jasad korban ini ditemukan pertama kali oleh Ponidi (54), Jumat (25/6) pagi, sekitar pukul 07.30 WIB. Saat itu pria yang menetap di Jalan Rambah Sari, Kelurahan Tangkerang, Kecamatan Bukitraya itu hendak menanam pohon kelapa sawit di atas lahan perkebunannya seluas 30 x 25 meter itu.

Sebelum sampai di lokasi perkebunan yang terletak di Jalan Teropong, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu itu, Ponidi sempat mencium bau bangkai. Awalnya dikira itu adalah bangkai binatang. Namun setiba di kebun tersebut, Ponidi dikejutkan dengan ditemukannya satu unit sepeda motor jenis Yamaha Mio BM 2612 QM yang saat itu sudah hangus terbakar.

‘’Setelah saya perhatikan, ternyata di bawah sepeda motor itu ada sesosok mayat yang juga dalam kondisi sudah hangus terbakar.

Sepeda motor yang saya gunakan untuk membawa bibit sawit pagi itu langsung saya tumbangkan dan saya pergi menjumpai warga,’’ ujarnya.

Bekalangan diketahui korban adalah Annisa Pitri (14), seorang siswi kelas 2 di SMPN 1 Kubang Raya, Kabupaten Kampar. Kesehariannya, gadis berkulit putih dan berambut ikal itu tinggal di Jalan Kaharudin Nasution, Kecamatan Bukitraya, Pekanbaru.

Pantauan Riau Pos di lokasi kejadian, jarak kebun Ponidi dengan perumahan warga diperkirakan sekitar 400 meter. Jasad yang sudah dikerubungi lalat dan ulat itu hanya menyisakan tulang belulang dan daging yang sudah membusuk. Saat itu posisi jasad korban dalam keadaan terhimpit sepeda motor Mio.

Warga sekitar yang mengetahui kejadian itu terlihat berbondong-bondong mendatangi lokasi. Begitu sampai di lokasi, sebagian dari warga langsung menutup hidung karena tidak kuat mencium aroma tidak sedap itu. Ada juga yang langsung pergi meninggalkan lokasi.

Sekitar satu jam usai penemuan, Kapolsek Tampan, AKP Hardian Pratama SIK tiba di lokasi bersama beberapa orang anggotanya dan langsung memasang police line. Namun karena merasa itu bukan wilayahnya, Hardian Pratama langsung menghubungi Kapolsek Tambang AKP Dedi Suriadi. Selang beberapa menit kemudian, Dedi Suriadi yang juga bersama anggotanya tiba di lokasi. Lagi-lagi, Dedi Suriadi mengatakan itu bukan wilayahnya. Akan tetapi wilayah tersebut masuk ke Kecamatan Siak Hulu.

Saat itu juga AKP Dedi Suriadi menghubungi Kapolsek Siak Hulu untuk bisa hadir ke lokasi, karena ada penemuan mayat. Mendapat laporan itu, Kapolsek Siak Hulu, AKP Jasmadi A yang baru disertijab pada Kamis (24/6) kemarin, langsung turun ke TKP bersama anggotanya.

Kapolsek Bukitraya, AKP Yanuar Ari SIK ternyata juga merasa ikut bertanggung jawab, karena sebelumnya pihak keluarga korban pernah melapor kehilangan keponakan di kantor tempat ia bertugas. Laporan kehilangan itu dibuat pada Ahad (20/6) malam.

Usai jasad korban dimasukkan ke dalam kantong mayat, selanjutnya jasad korban dibawa ke rumah sakit Bhayangkara, Jalan Kartini, Pekanbaru, untuk dilakukan visum. Beni (40) yang merupakan paman korban juga terlihat datang ke lokasi. Saat dijumpai Riau Pos, dia menceritakan bahwa pada Ahad (20/6) malam lalu, sekitar pukul 18.30 WIB, korban bersama kakak sepupunya, Elviati Wulandari (14), berangkat dari rumah dengan tujuan ke Gading Marpoyan.

Sesampai di salah rumah temannya, korban meminta Elviati Wulandari untuk tinggal sebentar dengan alasan hendak membeli kue. Sejak keberangkatan itu korban tidak lagi kembali dan dilakukan pencarian. Karena tidak bertemu, sekitar pukul 00.00 WIB, pihak keluarga kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsekta Bukitraya.

Dari Polsekta Bukitraya, pihak keluarga melakukan pencarian ke arah kota. Sesampainya di depan Polsekta Pekanbaru Kota, pihak keluarga kembali bertanya, apakah ada seorang wanita dengan mengendarai sepeda motor Mio tertangkap.

Oleh petugas di sana mengatakan tidak ada. ‘’Saat itu kami disarankan oleh petugas di Poltabes untuk pergi ke unit laka yang ada di Rumbai. Namun sampai pukul 04.00 WIB kami di sana korban tetap tidak diketahui keberadaannya,’’ kata Beni. Beni mengaku baru mengetahui informasi ini setelah mendapat telepon dari salah seorang saudaranya yang berada di Brimob. Saat itu saudaranya mengatakan bahwa korban sudah ditemukan di Jalan Teropong dalam keadaan meninggal. ‘’Saya tahu kabar ini setelah menerima telepon dari saudara yang di Brimob,’’ ungkapnya.

Beni menilai, korban adalah anak yang baik dan patuh terhadap keluarga. Kesehariannya, korban dikenal keluarga sebagai anak yang kalem, tidak banyak tingkah. ‘’Di sekolah anaknya juga termasuk cerdas, setiap tahunnya selalu masuk dalam peringkat sepuluh besar,’’ ujar Beni.

Selama ini korban memang tinggal bersama dia, karena orang tua korban saat ini sudah berpisah. Ibunya berada di Bukittinggi, sedangkan bapaknya berada di Minas, Kabupaten Siak. ‘’Korban adalah anak pertama dari tiga bersaudara,’’ ucap Beni.

Pernah Punya Pacar
Sebulan yang lalu, korban juga dikabarkan pernah dekat dengan seorang pemuda yang bekerja sebagai sopir oplet di wilayah Kubang Raya. Namun siapa nama pria tersebut sampai saat ini belum diketahui oleh pihak keluarga. Akan tetapi, Senin (21/6) lalu, Beni mengaku pernah disekap oleh beberapa orang warga di Desa Teratak Buluh, sewaktu berusaha mencari korban.

‘’Kala itu ada salah seorang pria berinisial Ib mengatakan bahwa dia merasa tidak senang, lalu meminta beberapa pemuda di sana untuk menahan saya. Saya baru bisa bebas setelah beberapa orang polisi dari Polsekta Bukitraya datang ke Teratak Buluh,’’ katanya.

Kapolsek Siak Hulu, AKP Jasmadi A yang dikonfirmasi wartawan mengatakan, saat ini pihaknya belum bisa menyimpulkan apa motif di balik ini semua. ‘’Dugaan kami untuk sementara waktu, korban sepertinya sengaja dibunuh sebelum dibakar. Kami berharap mudah-mudahan dalam waktu dekat pelakunya bisa tertangkap. Dalam hal ini kami akan bekerja sama dengan beberapa Polsek,’’ ungkapnya.

Kapolres Kampar, AKBP Drs MZ Muttaqien, usai melaksanakan salat Jumat di masjid di lingkungan Polda Riau langsung meminta kepada masyarakat untuk turut memberikan informasi jika ada yang mengetahui kejadian serta memberikan dukungan doa kepada korban.

Jasad Korban Dikebumikan di Bukittinggi
Usai dimandikan dan dikafankan di Rumah Sakit Bhayangkara, Jalan Kartini, Pekanbaru, jenazah langsung dibawa pihak keluarga pulang ke rumah duka, Jalan Kaharudin Nasution, menggunakan mobil Ambulance milik RS Bhayangkara. Setibanya di rumah duka pukul 18.36 WIB itu, jenazah tidak dikeluarkan dari mobil.

Muzir (42) yang merupakan ayah kandung dari korban langsung menghampiri mobil tersebut seraya membuka pintu dan merangkul jenazah anaknya yang sudah terbungkus kain kafan itu. Suara tangisnya seketika tumpah di dalam mobil. Muzir sama sekali tidak menyangka kalau anaknya akan meninggal dengan cara dibunuh sekeji itu.

Pria yang sudah mulai terlihat dimakan usia itu mengaku tidak tinggal serumah dengan anaknya. Sejak tamat SD di Bukittinggi, anaknya langsung menetap di Pekanbaru untuk melanjutkan sekolah di SMP I Kubang Raya. ‘’Terakhir saya jumpa dia (korban, red) sekitar tiga bulan yang lalu. Saat itu dia pulang ke Bukittinggi. Saat hendak pulang ke Pekanbaru, dia saya beri uang Rp100 ribu untuk ongkos,’’ ungkap pria yang bekerja sebagai sopir mobil tanki pembawa CPO itu.

Begitu juga dengan ibu korban, Rosmita (34) saat keluar dari mobil dia langsung tak berdaya. Saudara-saudaranya yang sudah sejak awal menunggu di rumah itu berusaha merangkulnya sambil menangis dan membawa Rosmita ke dalam rumah. Suasana di rumah duka saat itu langsung berubah menjadi haru.

Sumber : riaupos

tags:

0 komentar:

Posting Komentar