Ajaib. Meskipun tanpa mesin, sarana transportasi yang mirip otopet ini mampu meluncur dengan kecepatan 20 km/jam. Arah gerak dan laju kendaraan ini cukup dikontrol lewat pergeseran titik berat pengendaranya. Untuk berhenti pun tak perlu menginjak rem, karena memang tanpa rem.
Setelah hampir setahun sempat bikin penasaran banyak orang, akhirnya Segway Human Transporter diperkenalkan di depan umum. Penemunya, Dean Kamen (50), mendemonstrasikan skuter itu dalam acara Good Morning America di televisi ABC, awal Desember 2001.
Ada harapan, Segway yang pada mulanya diberi nama sandi ”IT” dan ”Ginger” ini akan menjadi sarana transportasi ramah lingkungan. Selain antipolusi, ia juga diramalkan bakal menjadi kendaraan masa depan.
Yang pasti, kendaraan roda dua bertenaga baterai ini sangat irit energi. Nyaman dan aman untuk ”jalan-jalan” keliling kota. ”Seperti main ski tanpa salju,” begitu pengakuan mereka yang pernah mencobanya.
Sayang sekali, kendaraan yang dipatenkan sebagai kendaraan angkut pribadi (PMV,personal mobility vehicle) ini dirancang cuma untuk satu orang pengendara.
Seperti sepatu ajaib
Bagaimana cara menjalankannya? ”Cukup doyongkan tubuh ke depan,” tutur Dean Kamen, saat mendemonstrasikan Segway menyusuri trotoar di Silicon Valley.
Bagaimana cara menjalankannya? ”Cukup doyongkan tubuh ke depan,” tutur Dean Kamen, saat mendemonstrasikan Segway menyusuri trotoar di Silicon Valley.
Ketika si pengendara berdiri tegak lurus di atas pijakan skuter ini dengan pandangan lurus ke arah depan, tentu sambil tak lupa memegangi kemudi yang mirip setang sepeda, maka meluncurlah ia ke arah depan.
Dengan tenaga baterai, Segway HT sanggup melaju dengan kecepatan maksimal 20 km/jam. Daya jelajahnya? Di atas jalan datar, ia bisa bertahan melaju sejauh 27 km. Pengisian baterai selama satu jam menghasilkan tenaga untuk dua jam pemakaian.
Kalau hendak bergerak mundur, pengendaranya cukup mendoyongkan tubuh sedikit ke arah belakang secara wajar. Sementara untuk berbelok kiri atau kanan, cukup menggeser posisi tumit atau pergelangan kaki ke kanan atau kiri, tentu sembari membelokkan setang. Dengan memutar-mutarkan pergelangan kaki di atas pijakan, Segway pun berputar-putar di tempat, tanpa perlu khawatir terjatuh.
Kalau ingin berhenti, ya berhenti saja seperti saat berhenti melangkah. Tidak perlu menginjak rem. Karena skuter ini memang tidak dilengkapi rem. Yang penting posisi badan tegak lurus.
Hebatnya, sarana transportasi ini ”tahu” ke mana arah gerak yang dimaui penunggangnya. Arah gerak dan lajunya cukup dikontrol lewat pergeseran titik berat pengendaranya. Ibarat ”sepatu roda ajaib”, ia akan bergerak menuruti kehendak kaki pemakainya. Mau maju atau mundur, ayo aja!. Pada saat merespons gerakan mendoyong, Segway bergerak nyaris tanpa kesukaran - tidak ubahnya seperti berjalan kaki.
Keajaiban sarana transportasi ini sesungguhnya terletak pada pijakan yang dirancang khusus sehingga sangat peka dan reaktif terhadap perubahan keseimbangan (titik berat), sehalus apa pun!
Kombinasi 10 sensor
Bagaimana Segway HT mampu menangkap reaksi tubuh? Yang pasti Segway HT bukanlah sekadar skuter biasa. Dikembangkan oleh Dean Kamen lebih dari satu dekade, sarana transportasi ini tersusun dari rangkaian perangkat keras dan perangkat lunak yang sanggup menirukan kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan.
Bagaimana Segway HT mampu menangkap reaksi tubuh? Yang pasti Segway HT bukanlah sekadar skuter biasa. Dikembangkan oleh Dean Kamen lebih dari satu dekade, sarana transportasi ini tersusun dari rangkaian perangkat keras dan perangkat lunak yang sanggup menirukan kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan.
Skuter ajaib ini sejatinya tercipta dari kombinasi sensor, sistem kontrol, dan sistem motor. Secara fisik, ia terdiri atas empat elemen utama: roda dan motor, sistem sensor, papan sirkuit otak, dan sistem kontrol operator.
Ia juga memiliki lima sensor giroskop, meskipun yang diperlukan hanya tiga sensor untuk mendeteksi gerakan maju dan mundur. Juga berbelok ke kiri atau ke kanan. Pokoknya, giroskop mengatur mekanisme keseimbangan secara sempurna.
Seluruh informasi, termasuk dari sensor tambahan, tentu harus melewati ”otak”, yang dibuat dari dua sirkuit pengontrol elektronik, terdiri atas 10 mikroprosesor, yang tiga kali kekuatan PC atau komputer pribadi.
”Otak” atau program komputer itu akan memantau semua informasi yang datang dari sensor giroskop lalu mengatur kecepatan motor listrik dalam merespons informasi itu. Demikianlah ceritanya, dengan mengandalkan tenaga baterai nickel cadmium (NiCd) ataupun nickel metal hydrate (NIMH) yang bisa diisi ulang, motor dapat menggerakkan roda secara bebas pada kecepatan yang berubah-ubah.
Seperti halnya organ otak, sistem komputer Segway (mikroprosesor) tanggap kapan tubuh pengendaranya mendoyong ke depan. Sementara motor seolah-olah berperan menggantikan otot, dan sensor peka kemiringan menggantikan sistem keseimbangan tubuh dalam telinga. Sementara roda berfungsi ibarat kaki.
Ketika pengendara condong ke depan, motor memutar kedua roda ke depan. Saat pengendara condong ke belakang, motor memutar kedua roda ke belakang. Ketika pengendara memutar setang kontrol ke kiri atau kanan, motor memutar salah satu roda lebih cepat daripada roda lainnya, atau memutar roda berlawanan arah sehingga kendaraan berbalik arah.
Ketika si pengendara naik di atas pijakan Segway, sensor berat bertindak sebagai kenop penggerak kendaraan itu. Kalau pengendaranya masih tetap berdiri, program pengontrol akan menjaga posisi agar tetap seimbang. Kendaraan pun tetap berdiri tegak, tanpa khawatir jatuh, meski cuma didukung dua roda. Maklum giroskop dan sensor ibarat organ penyeimbang di dalam telinga, yang menjaganya tetap berdiri tegak lurus.
tags:
gudang ilmu pengetahuan
0 komentar:
Posting Komentar