KISAH SAHABAT ABU HURAIRAH

Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya. Kenapa ia dikenal sebagai “Bapak Kucing”? Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi ibn Shakhr Ad-Dausi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman.
Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar “Bapak Kucing”.

Penghafal Hadits Terbesar Sepanjang Masa

Kadangkala kepintaran manusia itu mempunyai akibat yang merugikan dirinya sendiri. Dan orang-orang yang mempunyai bakat-bakat istimewa, banyak yang harus membayar mahal, justeru pada waktu ia patut menerima ganjaran dan penghargaan. Shahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang dari mereka.

Sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarnya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh kerana itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.

Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw , hingga sering mereka mengeluarkan sebuah “hadits”, dengan menggunakan kata-kata: — “Berkata Abu Hurairah… “

Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.

Di sana Abu Hurairah berhasil lepas dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diseludupkan oleh kaum perosak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.

Setiap anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum’at mengatakan kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah r.a berkata ia, telah bersabda Rasulullah saw..” Saya katakan ketika anda mendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika anda banyak menjumpainya, ya banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah bahawa anda sedang menemui suatu peribadi, antara sekian banyak peribadi yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan sabdanya. Kerana itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari Nabi saw jarang diperolehi bandingannya.

Dan dengan bakat pemberian Tuhan yang dipunyainya beserta perbendaharaan Hadits tersebut, Abu Hurairah merupakan salah seorang paling mampu membawa anda ke hari-hari kehidupan Rasulullah saw beserta para sahabatnya dan membawa anda berkeliling, asal anda beriman teguh dan berjiwa siaga, mengitari pelusuk dan berbagai ufuk yang membuktikan kehebatan Muhammad saw beserta shahabat-shahabatnya itu dan memberikan makna kepada kehidupan ini dan memimpinnya ke arah kesedaran dan fikiran sihat. Dan bila garis-garis yang anda hadapi ini telah menggerakkan kerinduan anda untuk mengetahui lebih dalam tentang Abu Hurairah dan mendengarkan beritanya, maka silakan anda memenuhi keinginan anda tersebut.

Ia adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dari orang upahan menjadi pemimpin atau majikan.

Dari seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan! Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Inilah dia sekarang bercerita dan berkata: “Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku! Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang berpergian. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan puteri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan ummat!”

Islamnya Abu Hurairah Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.

Ia datang kepada Nabi saw di tahun yang ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar ia memeluk Islam kerana dorongan kecintaan dan kerinduan. Dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Saw; dan berbai’at kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur . Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi. Kita katakan: “Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai kepada perbuatan dan pendengaran!’.

Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada Agama Allah.
Pahlawan perang dikalangan shahabat, banyak. Ahli fiqih, juru da’wah dan para guru juga tidak sedikit.

Tetapi lingkungan dan masyarakat memerlukan tulisan dan penulis. Di masa itu golongan manusia pada umumnya, jadi bukan hanya terbatas pada bangsa Arab saja, tidak mementingkan tulis menulis. Dan tulis menulis itu belum Lagi merupakan bukti kemajuan di masyarakat mana pun.

Bahkan Eropah sendiri juga demikian keadaannya sejak kurun waktu yang belum lama ini. Kebanyakan dari raja-rajanya, tidak terkecuali Charlemagne sebagai tokoh utamanya, adalah orang-orang yang buta huruf, tak tahu tulis baca, padahal menurut ukuran masa itu, mereka memiIiki kecerdasan dan kemampuan besar.

Kembali kita pada pembicaraan bermula untuk melihat Abu Hurairah, bagaimana ia dengan fitrahnya dapat menyelami keperluan masyarakat baru yang dibangun oleh Islam, iaitu keperluan akan orang-orang yang dapat melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajarannya. Pada waktu itu memang para shahabat yang mampu menulis, tetapi jumlah mereka sedikit sekali, apalagi sebahagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat Hadits-hadits yang diucapkan oleh Rasul.

Sebenarnya Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempatan atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, kerana ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus. Ia pun menyedari bahawa dirinya termasuk orang yang masuk Islam kebelakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya. Kemudian disedarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do’a Rasul “”, agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.

Ia menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan kurnia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian.

Abu Hurairah bukan tergolong dalam barisan penulis, tetapi sebagaimana telah kita utarakan, ia adalah seorang yang terampil menghafal lagi kuat ingatan. Kerana ia tak punya tanah yang akan ditanami atau perniagaan yang akan menyibukkannya, ia tidak berpisah hengan Rasul, baik dalam perjalanan mahupun di kala menetap.

Begitulah ia mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadits-hadits Rasulullah saw dan pengarahannya. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul’Ala (wafat), Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan hadits-hadits, yang menyebabkan sebahagian shahabatnya merasa hairan sambil bertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, bila didengarya dan diendapkannya dalam ingatannya.

Abu Hurairah telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari putera shahabatnya, maka katanya: “Tuan-tuan telah mengatakan bahawa Abu Hurairah banyak sekali mengeluarkan hadits dari Nabi saw. Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tak ada menceritakan hadits-hadits itu? Ketahuilah, bahawa shahabat-sahahabatku orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang shahabat-shahabatku orang-orang Anshar sibuk dengan tanah pertanian mereka. Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain tidak hadir. Dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa kerana kesibukan.

Dan Nabi saw pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau: “Siapa yang membentangkan serbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarya dari padaku!”
Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya! Demi Allah kalau tidaklah kerana adanya ayat di dalam Kitabullah nescaya tidak akan ku khabarkan kepada kalian sedikit jua pun! Ayat itu ialah:

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat) !” Surah Al-Baqarah : Ayat 159.

Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahsia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah saw. Yang pertama: kerana ia melapangkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.
Kedua, kerana ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat.

Ketiga, ia menceritakannya bukan kerana ia gemar bercerita, tetapi kerana keyakinan bahawa menyebar-luaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya bererti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya! Oleh sebab itulah ia harus saja memberitakan, tak suatupun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya, hingga pada suatu hari Amirul Mu’minin Umar berkata kepadanya: “Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari Rasulullah! Bila tidak, maka akan kukembalikan kau ke tanah Daus. !” (iaitu tanah kaum dan keluarganya).

Tetapi larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianut oleh Umar, iaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali Al-Quran sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan fikiran.

Al-Quran adalah kitab suci Islam, Undang-undang Dasar dan kamus lengkapnya dan terlalu banyaknya cerita tentang Rasulullah saw teristimewa lagi pada tahun-tahun menyusul wafatnya Nabi saw, saat sedang dihimpunnya Al-Quran, dapat menyebabkan kesimpangsiuran dan campur-baur yang tidak berguna dan tak perlu terjadi.

Oleh kerana ini, Umar berpesan: “Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran kerana dia adalah kalam Allah.” Dan katanya lagi: “Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya”.

Dan sewaktu beliau mengutus Abu Musa al-Asy’ari ke Iraq ia berpesan kepadanya: “Sesungguhnya anda akan mendatangi suatu kaum yang dalam mesjid mereka terdengar bacaan Al-Quran seperti suara lebah. maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda bimbangkan mereka dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini”.

Al-Qur’an sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya. Adapun hadits, maka Umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah SAW dan merugikan Agama Islam.

Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahawa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.

Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang pernah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan dikatakannya.

Hanya terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah ini, kerana seringnya ia bercerita dan banyaknya Haditsnya iaitu adanya tukang hadits yang lain yang menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul saw dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para shahabat tidak merasa puas terhadap sebahagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya Ka’ab al-Ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.

Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu Hurairah. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengkhabarkan hadits-hadits dari Rasulullah saw. Sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis pembantunya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau sepatah kata pun.

Ia berkata tentang dirinya, “Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, kerana ia pandai menuliskannya sedang aku tidak.” Dan Imam Syafi’i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah: “la seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya.” Sementara Imam Bukhari menyatakan pula: –”Ada lapan ratus orang atau lebih dari shahabat tabi’in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah.”

Demikianlah Abu Hurairah tak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditaqdirkan kelestarian dan keabadiannya.

Abu Hurairah termasuk orang ahli ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadat bersama isterinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga sambil shalat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh isterinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh puterinya. Dengan demikian, tak ada satu saat pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung di sana ibadat, dzikir dan shalat.

Ibunda Abu Hurairah Masuk Islam Semenjak ia menganut Islam tak ada yang memberatkan dan menekan perasaan Abu Hurairah dari berbagai persoalan hidupnya ini, kecuali satu masalah yang hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah mengenai ibunya, kerana waktu itu ia menolak untuk masuk Islam. Bukan hanya sampai di sana saja, bahkan ia menyakitkan perasaannya dengan menjelek-jelekkan Rasulullah di depannya.

Pada suatu hari ibunya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Abu Hurairah tentang Rasulullah saw, hingga ia tak dapat menahan tangisnya kerana sedihnya, lalu ia pergi ke mesjid Rasul. Marilah kita dengarkan ia menceritakan lanjutan berita kejadian itu sebagai berikut:

Sambil menangis aku datang kepada Rasulullah, lalu kataku: ”Ya Rasulallah, aku telah meminta ibuku masuk Islam, Ajaranku itu ditolaknya, dan hari ini aku pun baru saja, memintanya masuk Islam. Sebagai jawapan ia malah mengeluarkan kata-kata yang tak kusukai terhadap diri Anda. Kerananya mohon anda do’akan kepada Allah kiranya ibuku itu ditunjuki-Nya kepada Islam..”
Maka Rasulullah saw berdo’a: “Ya Allah tunjukilah ibu Abu Hurairah”.

Aku pun berlari mendapatkan ibuku untuk menyampaikan khabar gembira tentang do’a Rasulullah itu. Sewaktu sampai di muka pintu, ku dapati pintu itu terkunci. Dari luar kedengaran bunyi gemercik air, dan suara ibu memanggilku: “Hai Abu Hurairah, tunggulah ditempatmu itu!”
Di waktu ibu keluar ia memakai baju kurungnya, dan membalutkan selendangnya sambil mengucapkan: “Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh.”

Aku pun segera berlari menemui Rasulullah saw sambil menangis kerana gembira, sebagaimana dahulu aku menangis kerana berduka, dan kataku padanya: “Kusampaikan khabar suka ya Rasulallah, bahawa Allah telah mengabulkan do’a anda, Allah telah menunjuki ibuku ke dalam Islam.” Kemudian kataku pula: “Ya Rasulallah, mohon anda do’akan kepada Allah, agar aku dan ibuku dikasihi oleh orang-orang Mu’min, baik laki-laki mahupun perempuan!” Maka Rasul berdo’a: “Ya Allah, mohon engkau jadikan hambu-Mu ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang-orang Mumin, laki-laki dan perempuan”

Sumber:www.pumitabusan.com

tags:

0 komentar:

Posting Komentar