Status Merapi dinyatakan waspada mulai tadi pagi pukul 06.00. Pemerintah
pun bertindak dengan mengungsikan para warga yang tinggal di sekitar
gunung teraktif di dunia itu.
Namun ada satu orang yang tetap
bersikukuh tinggal di rumah, Mbah Maridjan, juru kunci Merapi. Padahal
rumahnya Dusun Kinahrejo hanya berjarak lima kilometer dari puncak
Merapi.
"Saya masih kerasan dan betah tinggal di sini. Kalau
ditinggal nanti siapa yang mengurus tempat ini," kata Mbah Maridjan,
Senin 25 Oktober 2010.
Meski demikian, pria bernama asli Mas
Penewu Suraksohargo ini justru meminta warga menuruti imbauan
pemerintah. "Saya minta warga untuk menuruti perintah dari pemerintah,
mau mengungsi ya monggo," kata dia.
Mbah Maridjan
justru berpendapat, jika ia pergi mengungsi, dikhawatirkan warga akan
salah menanggapi lalu panik. Mereka dikhawatirkan mengira kondisi Gunung
Merapi sedemikian gawat.
"Sebaiknya kita berdoa supaya Merapi
tidak batuk," kata dia.
Warga juga diimbau memohon keselamatan
pada Tuhan, agar tak terjadi yang tak diinginkan kalau nantinya Merapi
benar-benar meletus.
Kapan Merapi meletus menurut Mbah Maridjan?
Mbah
Maridjan mengaku tak tahu. Apalagi, ia tak punya alat canggih seperti
yang dimiliki Badan Vulkanologi. "Hanya Tuhan yang tahu kapan Merapi
akan meletus. Saya tidak punya kuasa apa-apa," jawab dia.
Sikap
serupa ditunjukkan Mbah Maridjan ketika Merapi mengalami erupsi pada
tahun 2006.
Saat itu, ia menolak untuk mengungsi meski dibujuk
langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X dan dijemput mobul evakuasi.
Pilihan Mbah Maridjan ditanggapi berbeda oleh masyarakat. Ada yang pro
dan kontra.
Hari itu Maridjan mengatakan, dia tetap di tinggal
di rumah, menepati janjinya terhadap Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku
Buwono IX yang mengangkatnya. Sambil berdoa untuk keselamatan warga.
sumber : vivanews
tags:
Wawasan dan ilmu pengetahuan
0 komentar:
Posting Komentar