Volcanic Explosivity Index (VEI) dikemukakan
oleh Chris Newhall dari U.S. Geological Survey dan Steve Self dari
Universitas Hawaii tahun 1982 untuk menyediakan pengukuran relatif
dari besarnya letusan gunung berapi.

8. Gunung Kelud
(VEI=4)
Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah
memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun
1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk
mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926
dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919
memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu
pemukiman penduduk.

Pada abad ke-20, Gunung Kelut
tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990.
Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa
para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.
7. Gunung Merapi (VEI=4)
Gunung
Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian
selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana
Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan
sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu,
letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan
kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap
2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun
1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006
membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu.
Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus
berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13
desa dan menewaskan 1400 orang.
6. Gunung Galunggung (VEI=5)
Gunung
Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda
awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir
menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa
air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam
kawah. Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan
menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan
panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti
aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan
menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan
selatan sejauh 40 km dari puncak gunung.

5. Gunung Agung (VEI=5)
Gunung Agung
terakhir meletus pada 1963-64 dan masih aktif, dengan sebuah kawah
besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan abu.
Dari kejauhan, gunung ini tampak kerucut, meskipun didalamnya terdapat
kawah besar.
Dari puncak gunung, adalah mungkin untuk
melihat puncak Gunung Rinjani di pulau Lombok, meskipun kedua gunung
sering tertutup awan.

Pada tanggal 18 Februari 1963,
penduduk setempat mendengar ledakan keras dan melihat awan naik dari
kawah Gunung Agung. Pada tanggal 24 Februari lava mulai mengalir
menuruni lereng utara gunung, akhirnya perjalanan 7 km dalam 20 hari
mendatang. Pada tanggal 17 Maret, gunung berapi meletus, mengirimkan
puing-puing 8-10 km ke udara dan menghasilkan aliran piroklastik yang
besar. Arus ini banyak menghancurkan desa-desa, menewaskan sekitar
1500 orang. Sebuah letusan kedua pada 16 Mei menyebabkan aliran awan
panas yang menewaskan 200 penduduk lain.
4. Krakatau
(VEI=6)
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang
masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra.
Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana
(Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal
26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan
tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai
sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di
kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice
Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer.
Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang
diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Letusan
Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama
dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.
Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak
di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih
kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di
Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska.
Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia
masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus,
populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah
berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah
dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi
informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat
bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia
setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum
diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat
itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
3. Maninjau (VEI=7)
Kaldera
Maninjau dibentuk oleh letusan gunung berapi diperkirakan terjadi
sekitar 52.000 tahun yang lalu. Simpanan dari letusan telah ditemukan
dalam distribusi radial sekitar Maninjau membentang hingga 50 km di
sebelah timur, 75 km di tenggara, dan barat ke pantai ini. Deposito
diperkirakan akan didistribusikan lebih dari 8.500 km ² dan memiliki
volume 220-250 km ³. kaldera ini memiliki panjang 20 km dan lebar 8
km.
2. Gunung Tambora (VEI=7)
Aktivitas
vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun
1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.
Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo
pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra
(lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi,
Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak
kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh
secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti
memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini
diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.
Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia.
Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim
panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa
karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan
iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di
Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada
abad ke-19.

Selama penggalian arkeologi tahun
2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh
letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik.
Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika
terjadi letusan di tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah,
temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.
1. Toba Supervolcano (VEI=8)
Merupakan
letusan gunung berapi yang paling dahsyat yang pernah diketahui di
planet Bumi ini. Dan hampir memusnahkan generasi umat manusia di planet
Bumi.
73.000 tahun yang lalu letusan dari
supervolcano di Indonesia hampir memusnahkan seluruh umat manusia.
Hanya sedikit yang selamat. Dan setelah Tsunami Gunung Berapi Di
Indonesia menjadi Aktif sekali lagi dan mengancam umat manusia.
Letusan ini
tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang telah dialami di bumi
sejak masa dimana manusia bisa berjalan tegak. Dibandingkan dengan
SuperVolcano Toba, bahkan krakatau yang menyebabkan sepuluh ribu korban
jiwa pada 1883 hanyalah sebuah sendawa kecil.
Padahal
krakatau memiliki daya ledak setara dengan 150 megaton TNT. Sebagai
perbandingan: ledakan Bom Nuklir hiroshima hanya memiliki daya ledak
0,015 megaton, dan secara lisan maka daya musnahnya 10.000 kali lebih
lemah dibanding krakatau.
Seperti yang telah diketahui
oleh para ilmuwan, toba hampir memusnahkan umat manusia 73.00 tahun
yang lalu. Saat itu manusia neanderthal menghuni bumi kita bersamaan
dengan homo sapiens di eropa, serta homo erectus dan homo floresiensis
di asia. Saat itu sangat dingin di eropa, Zaman es terakhir ini
berjalan lancar dimana kijang, kuda liar dan rusa raksasa diburu.
Selain makanan herbivora, mammoth dan badak berbulu juga seringkali
menjadi menu makanan manusia saat Toba, dengan diameter 90 kilometer di
pulau yang sekarang dikenal dengan nama Sumatera.Meledak dalam arti
yang sebenarnya.
Bersamaan dengan gelombang besar tsunami,
ada 2.800 kilometer kubik abu yang dikeluarkan, yang menyebar ke
seluruh atmosfir bumi kita. Yang mungkin telah mengurangi jumlah
populasi manusia menjadi hanya sekitar 5000 sampai 10000 manusia saja.
Sebenarnya
manusia jaman sekarang berasal dari beberapa ribu manusia yang selamat
dari letusan super volcano Toba 73.000 tahun yang lalu. Oleh karena
itu Gunung berapi di Indonesia bertanggung jawab atas hampir
musnahnya umat manusia. Dan Dari 60 hingga 70 gunung berapi yang dapat
ditemuai di area tersebut(Indonesia) sekarang. Beberapa diantaranya
menjadi aktif kembali dalam beberapa bulan maupun beberapa minggu
setelah gempa di dasarlaut pada bulan desember 2004.
Walaupun
Toba sampai saat ini masih tertidur jauh dan aman dibawah sebuah laut
besar yang menyandang nama sama di Sumatera Utara. banyak orang yang
takut apabila suatu saat Gunung Berapi aktif di Talang yang berada 300
kilometer di selatan Toba meletus, bisa membangunkan Raksasa yang
tertidur.
Vulkanologis Prof. Ray Cas mengatakan ‘Hal
itu mungkin saja terjadi, tapi bila hanya Toba siap untuk meletus dan
kejadian diatas bukanlah satu-satunya indikasi akan kejadian
tersebut.”
Sang ahli tersebut berpikir bahwa mungkin
saja suatu hari nanti letusan besar lain akan terjadi tapi hal itu baru
akan mungkin terjadi sekitar 10.000 atau bahkan 100.000 tahun
lagi.Tetapi biar bagaimana pun tidak semua hal dapat diprediksi.
tags:
gudang ilmu pengetahuan


0 komentar:
Posting Komentar