TIPS MENGATASI BAU MULUT SAAT BERPUASA

Menahan rasa lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenamnya mentari, bukan perkara mudah. Dan pada saat menjalankan ibadah puasa, seringkali muncul pertanyaan, mengapa mulut sering mengeluarkan bau kurang sedap? Mungkinkah berpuasa tanpa bau mulut?


Puasa di bulan Ramadhan, bagi umat Islam memberikan nikmat dan manfaat rohani yang tak terkira. Bahkan sejumlah penelitian membuktikan, puasa memberikan banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan jasmani. Berpuasa, akan memberi kesempatan pada organ pencernaan untuk beristirahat, sehingga organ itu bisa dibersihkan dan membentuk zat-zat baru yang dibutuhkan tubuh.

Proses pembersihan dan pelepasan racun dari usus, ginjal, kandung kemih, paru-paru, serta kulit, juga lebih meningkat saat berpuasa. Jadi, jangan heran jika setelah berpuasa selama sebulan, Anda merasa lebih fit, sehat dan bugar. Namun, bagi mereka yang tetap aktif bekerja dan berhubungan dengan banyak orang selama bulan Ramadhan, ada satu hal yang kerap dicemaskan. Apalagi kalau bukan masalah bau mulut (halitosis). Bau mulut memang terjadi tidak hanya saat berpuasa, dalam kesehatan pun keluhan ini sering muncul. Penyebabnya tidak hanya penyakit di dalam mulut, sesuatu penyakit yang bersarang di luar wilayah mulut pun bisa saja menimbulkan halitosis.

Beberapa faktor yang dapat memicu halitosis antara lain karena pemeliharaan gigi yang tidak sempurna. Kebiasaan buruk yang sering terjadi adalah jarang membersihkan gigi setelah makan. Selain itu, kondisi sikat gigi yang sudah rusak atau mekar, akan sulit menyapu sisa makanan dari sela gigi secara sempurna. Akibatnya, sisa makanan tersebut membusuk sehingga sedikit demi sedikit mengakibatkan proses infeksi dalam rongga mulut.

“Mahkota gigi serta jaringan yang berada di dalamnya yaitu jaringan syaraf, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening, mudah terinfeksi kuman. Hal ini menyebabkan kerusakan jaringan gigi. Akibatnya, antara lain gigi berlubang dan bau mulut,” kata dr Gunarso, DDS, Ph.D.

Untuk mengetahui kerusakan pada gigi seperti adanya karies, kata Gunarso, dapat menggunakan intra oral camera. Dengan alat ini, dapat terlihat secara jelas apakah ada lubang kecil di sekitar gigi. Karena biasanya, dalam lubang yang kecil itu terdapat sebuah gua yang dapat menyimpan sisa makanan. Sisa makanan yang tertinggal dalam lubang itu biasanya ditumbuhi kuman baik yang aerob maupun anaerob. Selain gigi, kondisi gusi yang kurang sehat dapat menyebabkan halitosis. Yang sering dijumpai adalah infeksi pada gusi (gingivitis). Dimana, gusi menjadi merah, permukaannya tidk licin, bengkak dan perkatannya pada permukaan gigi menjadi kurang baik.

Faktor pemicu lain yang dapat menyebabkan bau mulut adalah xerostomia.
Kelainan ini ditandai dengan mulut menjadi kering, air liur menjadi lebih kental dan sering merasa harus membasahi kerongkongan. Pada umumnya, xerostomia terjadi pada kondisi stres, dehidrasi, usia lanjut, pemakaian radioterapi (penyinaran dengan radio aktif) dan pemakaian obat-obatan yang mengandung alkohol serta obat-obatan antidepresan, antiasma dan antihistamin
(antialergi).

Selain kelainan gigi dan gusi, adanya penyakit yang lebih serius bisa juga menyebabkan bau mulut,
misAlnya gangguan pecernaan, sinusitis, infeksi amandel, bahkan kanker, diabetes, brinchitis kronis, gangguan hatu serta ginjal. Jika problem bau mulut ini munculsecera tiba-tiba, keluhan memburuk dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu, atau diiringi dengan demam, batuk atau gejala lain, sebaiknya segera memerikskan diri ke dokter.” Bau mulut sebenarnya merupakan suatu sinyal adanya suatu penyakit yang lebih kronis,” katanya.

Bau mulut juga bisa terjadi karena pengaruh makanan.
“Misalnya jika kita menyantap makanan yang memiliki bau khas, sehingga bau makanan tersebut berakibat pada udara yang dihembuskan. Pada kasus ini, mula-mula makanan diserap oleh pembuluh darah yang masuk ke dalam paru-paru, kemudian
di-ekskresikan (dikeluarkan) dalam bentuk udara yang kita hembusan,” ujarnya.

Beberapa jenis makanan tertentu, seperti bawang putih, petai, jengkol, alkohol atau rokok bisa memicu bau mulut.
Apalagi kalau sering merokok, mulut akan mengeluarkan bau khas.

Rongga mulut yang dilengkapi kurang lebih 32 gigi sebenarnya marupakan tempat subur pertumbuhan kuman. Rongga mulut terjamah oleh makanan dan minuman hampir setiap hari. Sisa makanan bersama-sama dengan air liur dan bakteri akan memicu terjadinya endapan plak, yaitu endapan lunak transparan yang menempel pada permukaan gigi.

Plak akan menjadi cikal bakal terjadinya gigi berlubang daan menjadi tong sampah bagi sisa makanan yang menebarkan bau mulut. Namun, sebagian besar bau mulut disebabkan adanya kumpulan bakteri penghasil senyawa sulfur. Yaitu hydrogen sulfide dan methyl mercaptan, yang bersarang di belakang rongga mulut.

Bila dikaitkan dengan puasa, bau mulut disebabkan oleh berkurangnya produksi air liur (saliva) karena berkurangnya rangsangan makanan yang masuk.”Bau mulut ketika puasa terjadi karena kekeringan pada mulut akibat berkurangnya air ludah. Karena saliva berkurang, bakteri dalam mulut menjadi lebih banyak sehingga menyebabkan bau mulut,” katanya.

tags:

0 komentar:

Posting Komentar